Sabtu, 12 November 2016

Pendampingan Terhadap Orang Sakit Dalam Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      LATAR BELAKANG
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi, walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, resiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya menghindari.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu : Pelayanan kesehatan dan pelayanan medis. Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya.
Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam.
Setiap orang pasti pernah mengalami sakit, apakah itu sakit ringan ataupun sakit berat. Namun, baik ringan maupun berat, setiap orang berbeda dalam menyikapinya. Bagi sebagian orang, sakit ringan bisa dirasakan begitu menyiksa sehingga terlihat lebih berat dari semestinya. Akan tetapi, bagi sebagian lagi, sakit berat bisa dirasakan ringan jika hati menerimanya dengan ikhlas. Pasien adalah individu yang sedang rentan dalam periode kehidupan, sehingga seorang pasien membutuhkan pendampingan secara Psikoreligius.


BAB II
ISI

2.1.      PENGERTIAN
Banyak ahli yang mengemukakan pengertian dari sakit. Menurut Pemons, 1972 sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Menurut Perkins sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Dan menurut Oxford English Dictionary sakit adalah sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
Sakit adalah peringatan, sehingga seseorang akan makin giat melakukan peribadatan sehari-hari bahkan meningkat dari biasanya dengan berdzikir, doa-doa, melakukan amaliah, atau bersedekah. Yang lebih penting, orang menjadi tersadarkan betapa ajal itu sudah dekat atau sekurang-kurangnya ingat bahwa ajal akan datang sewaktu-waktu. Pendampingan keagamaan sangat penting diberikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
[1]Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah dibalik semua itu. Allah pasti menyimpan hikmah dibalik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk takdir. Na’udzu billah…
Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib, beliau bertanya : ”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?” Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali. ”Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada besi”. (HR. Muslim).

2.2.      FAKTOR PENYEBAB
            Hidup di dunia dalam kesehatan sehat walafiat adalah sesuatu hal yang sangat berharga. Semua orang yang hidup di dunia ini ingin hidup dalam keadaan yang bahagia, sejahtera, sehat, aman dan tentram. Hanya orang-orang aneh saja yang ingin hidup di dunia dalam keadaan sakit lahir maupun sakit batin. Kesehatan bukanlah sesuatu hal yang gratis. Dibutuhkan kerja keras dalam menjaga kesehatan yang telah diberikan Tuhan. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam menjaga kesehatan diri kita adalah dengan cara mencegah dan menjauhi hal-hal yang dapat membuat diri kita sakit. Contoh perilaku / aktivitas yang dapat membuat orang menjadi jatuh sakit :
-       Tidak cuci tangan sebelum makan
-       Makan makanan yang tidak hiegenis
-       Main basah-basahan hingga kedinginan
-       Jarang mandi membersihkan tubuh
-       Bergadang / tidur terlalu larut malam
-       Melakukan aktivitas yang membahayakan diri
-       Menggunakan jarum suntik yang tidak steril
-       Tidak setia terhadap pasangan
-       Terlalu banyak pikiran
-       Tidak rajin / rutin menggosok gigi
-       Makan makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya
-       Tidak rajin bersih-bersih rumah
-       Berada dekat dengan penderita penyakit menular tanpa pelindung
-       Bekerja terlalu keras / workoholik


2.3.      DAMPAK POSITIF
            Menjenguk atau mendampingi orang sakit termasuk perkara yang disyariatkan Islam. Bahkan dijadikannya sebagai satu bagian dari hak muslim yang atas muslim lainnya. Janji ganjaran yang disediakan juga sangat menggiurkan. Semua itu untuk memotivasi muslim agar menghidupkan akhlak Islam yang agung guna tercipta kehidupan masyarakat muslim yang harmonis dan peduli.
            Bagi seorang muslim yang menjenguk atau mendampingi sesamanya dianjurkan untuk menghiburnya, meringankan bebannya, dan mendoakan kesembuhan baginya. Karena hal itu memiliki dampak baik bagi diri orang yang sakit. Dampak positif pendampingan terhadap orang yang sakit, diantaranya adalah :
-       Membuat kita lebih bersyukur terhadap pentingnya menjaga kesehatan.
-       Memberikan simpati dan semangat hidup pada orang lain.
-       Menambah kepedulian terhadap orang lain.
-       Menjaga tali silaturahmi dan kekeluargaan terhadap orang lain.

2.4.      DAMPAK NEGATIF
            Dampak negatif pendampingan terhadap orang yang sakit, diantaranya adalah :
-       Jika pasien menderita penyakit menular, disarankan untuk tidak menjenguknya cukup mendoakannya agar cepat sembuh.
-       Dikala menjenguk atau mendampingi orang sakit disarankan tidak mengajak anak kecil karena mereka rentan terkena penyakit.[2]
-       Dikala menjenguk atau mendampingi orang sakit disarankan tidak berkelompok karena dapat mengganggu ketenangan yang sedang sakit.

2.5.      DAMPAK HUKUM
            Manusia sebagai makhluk sosial harus saling membantu dan merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia sehingga harus mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia salah satu caranya yaitu dengan mendampingi atau merawat orang yang sakit.

2.6.      PANDANGAN ISLAM
            Mendampingi atau menjenguk orang sakit baik itu tetangga, keluarga dan sanak saudara, atau rekan kerja hukumnya sunnah (dianjurkan oleh Islam). Di sisi lain, ada banyak pelajaran dan hikmah saat kita berkunjung ke orang yang sedang sakit. Seperti ajang intropeksi diri untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan silaturahmi. Ulama sepakat atas sunnahnya menjenguk atau mendampingi orang sakit. Sedangkan menurut Imam Thabari, hukum kunjungan atau mendampingi orang sakit itu tergantung siapa yang dikunjungi. Hukumnya bisa sangat sunnah (muakkadah), sunnah saja, boleh atau bahkan terdapat perbedaan ulama tentang boleh dan tidaknya.
            Imam Nawawi menyatakan bahwa menjenguk atau mendampingi orang sakit (iyadah) itu adalah sunnah secara ijmak. Sedangkan Imam Bukhori memasukkan hadits soal menjenguk atau mendampingi orang sakit ke dalam kategori wajib, mungkin maksudnya dengan wajib disini adalah wajib atau fardhu kifayah. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan secara eksplisit wajibnya iyadah. Di dalam hadits dari Abu Hurairah terkait soal jenazah dikatakan yang artinya hak muslim atas muslim yang lain ada lima diantara lima itu terdapat iyadah al-maridh (menjenguk dan mendampingi orang sakit).

2.7.      PANDANGAN ETIKA
            Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan etika keperawatan dan menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara sukarela diemban oleh perawat dan mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat. Dengan demikian mengobati serta mendampingi atau merawat orang sakit adalah termasuk tugas mulia dari sekian banyak tugas-tugas atau pekerjaan mulia lainnya. Bahkan jika menurut QS Al-Maidah maka mengobati serta mendampingi atau merawat termasuk perbuatan ibadah berupa tolong menolong terhadap sesama.
            Sebagai perbuatan ibadah maka tugas ini sedemikian rupa harus memenuhi syarat-syarat terkabulnya ibadah yaitu IKHLAS dan SESUAI dengan TUNTUNAN RASULULLAH SAW. Kalau tidak maka sia-sialah pekerjaan tersebut, kelak di akhirat tidak akan mendapat buahnya. Banyak ayat yang menetapkan model bagi perawat Muslim dan mengharuskan mereka untuk berbelas kasih dan belas kasihan dengan pasien, dengan mengikuti jejak Allah dan Nabi mereka dan mereka senantiasa harus tegas membangun etika mereka pada hukum-hukum islam.
            Perawat harus sangat bermurah hati dan penuh kaih dengan pasien, puas dengan profesi mereka dan bangga dengan pelayanan mulia mereka yang mereka tawarkan. Perawat harus mempunyai martabat, harga diri, dan rasa hormat terhadap diri mereka sendiri dan terhadap profesi mereka. Perilaku mereka harus menjadi contoh yang baik untuk seluruh masyarakat. Ini tentu etika penting dari perawat Muslim. Perawat Muslim harus memahami bagian penting dair profesi mereka dan berpikir tentang kesucian jiwa pasien dan tubuh mereka. Hal ini adalah perawatan yang paling penting dalam kode etik islam.
Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek hati-hati, teliti, dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan. Menganjurkan pasien untuk tidak lupa melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim. Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang lain tidak boleh meninggalkan sholat, dan tidak lupa memegang teguh prinsip perawat professional.

2.8.      PANDANGAN HUKUM
            Terdapat pada sila ke-2 Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab” maksudnya mendampingi orang sakit itu terdapat pada sila ke-2 Pancasila karena butir-butir pada sila ke-2 menjelaskan tentang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan hajat martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2.9.      UPAYA MENGATASI
Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit  
 شِفَاءًلاَيُغَادِرُسَقَماً لاَشِفَاءَإِلاَّشِفَاؤُك الشَّافيِ فَأَنْتَ اشْفِ الْبَأْسَ اَذْهِبِرَبَّالنَّاسِ اللّهُمَّ
“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan kesembuhan dari-Mu, (berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.”
Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
 قَنِتِيْنَ الِلَّهِ وَقُوْمُوْ وَالصَّلوةِالْوُسْطَ الصَّلَوتِ اعَلَى حَافِظُوْ
“Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).
Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit
1.   Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada tongkat
2.   Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah sholat dengan duduk
3.   Bila tidak mampu duduk maka sholat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuh sebelah kanan menghadap kiblat
4.   Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan kepala agak ditinggikan
5.    Jika tidak mampu juga maka sholat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika kepala tidak mampu maka dengan mata
6.    Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat sholat didalam hati
7.    Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan sholat pada waktunya, maka dibolehkan menjamak
Membimbing Pasien Untuk Bertayamum
Membimbing pasien untuk bertayamun jika pasien ingin melaksanakan ibadah shalat karena pasien belum bisa untuk terkena air karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berhubungan dengan air terlebih dahulu.
 “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, bertayammumlah dengan debu yang baik (suci) : usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur” (Al-Maidah : 6).
Membimbing pasien membaca Al-Quran
Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang sakit, rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan [3]termotivasi untuk sembuh. Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada mengeluh atas penyakit yang dideritanya.
لْمُنْكَرِوَلَذِكْرُاللَّهِأَكْبَرُ عَنِالْفَحْشَاءِو إِنَّالصَّلَاةَتَنْهَىٰ وَأَقِمِالصَّلَاةَ مِنَالْكِتَابِ لَيْكَ إِ  مَاأُوحِيَ اتْلُ
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al-Ankabut : 45)
Membimbing pasien untuk berpuasa
Jika kondisinya memungkinkan bagi pasien yang ingin melaksanakan ibadah puasa misalnya dibulan ramadhan. Serta memberi pengertian kepada pasien yang kondisinya tidak memungkinkan untuk melaksanakan ibadah puasa.
Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah
دَاخِرِينَجَهَنَّ سَيَدْخُلُونَ عِبَادَتِي عَنْ الَّذِينَيَسْتَكْبِرُون إِن لَكُمْ أَسْتَجِبْ رَبُّكُمُادْعُونِي وَقَالَ
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60)
Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah
تَطْمَئِنُّالْقُلُوبُ أَلَابِذِكْرِاللَّهِ بِذِكْرِاللَّهِ قُلُوبُهُمْ واوَتَطْمَئِنُّآمَنُالَّذِينَ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Dengan berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan akan menjadi  lebih dekat kepada Allah.

BAB III
PENUTUP

3.1.      KESIMPULAN
1.    Pendampingan keagamaan sangat penting diberikan bagi pasien, ketika medis membuat prediksi beratnya penyakit bahkan sampai kemudian dinyatakan sudah tidak bisa dilakukan apa-apa, bisa jadi pendamping keagamaan membawa pasien pada tingkat kepasrahan yang tinggi, setelah itu terjadi perbaikan dari penyakit itu.
2.    Sabar dan ridha atas ketentuan Allah, serta berbaik sangka kepada-Nya. Berobat dengan cara-cara yang sunnah atau mubah dan tidak bertentangan dengan syariat. Bila sakitnya bertambah parah atau tidak kunjung sembuh, tidak diperbolehkan mengharapkan kematian. Apabila dirinya mempunyai kewajiban (seperti hutang, pinjaman, dll), atau amanah yang belum dia tunaikan, atau kezaliman terhadap hak orang lain yang dia lakukan, hendaknya dia bersegera menyelesaikannya dengan yang bersangkutan, bila memungkinkan.
Disyariatkan segera menulis wasiat dengan saksi dua orang lelaki muslim yang adil. Bila tidak didapatkan karena safar, boleh dengan saksi dua orang ahli kitab yang adil. Berwasiat agar jenazahnya diurus dan dikuburkan sesuai As-Sunnah.
3.    Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
-     Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
-          Membimbing pasien untuk bertayamum  
-          Membimbing pasien membaca Al-Quran
-          Membimbing pasien untuk berpuasa
-          Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah
-          Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah




DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.

Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta : Gema Insani Press.

Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.





[1] Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta, hlm. 14.
[2] Kisyik, Abdul Hamid. 1991. Mati Menebus Dosa. Jakarta : Gema Insani Press. Hlm. 97.
[3] Potter dan Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 20.

0 komentar:

Posting Komentar